Terbaru, Negeri Tirai Bambu berhasil mendamaikan dua rival bebuyutan kawasan, Iran dan Arab Saudi, dan menawarkan bantuan dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina.
Dalam proses mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, pemerintah China terlihat sangat aktif. Namun nyatanya, tak hanya pemerintah China saja yang aktif, melainkan manuver Partai Komunis China (PKC).
Saat ini, Beijing disebut telah dalam proses mendekatkan PKC dengan beberapa partai politik di dunia Arab.
Beberapa analis menganggap langkah ini untuk mempromosikan China di dunia internasional, sambil menjaga diri dari sikap keras beberapa negara atas kebijakan domestiknya, seperti dalam kasus Xinjiang.
Analis Jordan Center of Strategic Studies, Jesse Marks, mengatakan PKC digunakan untuk menyelaraskan hubungan Beijing dengan Timur Tengah.
"Di Timur Tengah, diplomasi antarpartai politik telah diaktifkan untuk menggali ideologi serta setidaknya mempromosikan sikap menghargai untuk prinsip inti China, terutama prinsip satu partai," ujarnya kepada South China Morning Post, Senin (14/8/2023).
Departemen internasional dari Komite Pusat, badan pimpinan puncak Partai Komunis, mengawasi diplomasi partai.
Didirikan pada 1951, departemen ini sebagian besar bertugas menangani hubungan dengan partai komunis di negara lain, terutama Uni Soviet.
Misinya berangsur-angsur berubah setelah Beijing dan Moskow berpisah karena perbedaan ideologi pada 1960-an, dan mulai terlibat dengan lebih banyak pihak di seluruh spektrum politik saat China berubah menjadi kekuatan ekonomi.
Salah satu upaya diplomatik terbaru partai tersebut di dunia Arab adalah pada bulan Juli, ketika departemen tersebut mengadakan dialog antar partai di Yinchuan, ibu kota wilayah otonomi Ningxia Hui.
Area itu adalah sebuah wilayah di barat laut China di mana umat Islam berjumlah sekitar sepertiga dari total populasi.
Selain itu, lebih dari 60 pemimpin partai dan perwakilan think-tank dari 19 negara Arab diundang ke dialog yang diadakan setiap dua tahun sejak 2016.
Tidak seperti monarki Teluk, negara-negara Arab demokratis menunjukkan minat yang besar terhadap undangan PKC, dengan sejumlah perwakilan dari Suriah, Mesir, Aljazair, Maroko, dan Djibouti yang turut ambil bagian dalam kegiatan itu.
Pada dialog tersebut, salah satu topik diskusi adalah Inisiatif Peradaban Global Presiden China Xi Jinping, yang digariskan oleh pada Maret lalu.
Inisiatif itu bertujuan untuk "menggantikan konflik dengan percakapan dan pertukaran" dan "menentang hegemoni, politik kekuasaan".
"Tidak seperti diplomasi pemerintah China (ke negara-negara Arab), diplomasi antarpartai tidak sepenuhnya dibatasi oleh protokol diplomatik. Ini lebih menekankan pada pertukaran kebijakan dan ide," tulis Sun Degang, seorang peneliti di Universitas Fudan.
Pada 2019, Song Tao, yang saat itu menjabat sebagai kepala departemen internasional, menjelaskan dalam sebuah artikel di corong partai People's Daily bahwa partai tersebut harus "menyatukan semua kekuatan yang dapat dipersatukan".
"Pekerjaan luar negeri partai harus mengamankan lebih banyak pemahaman, pendukung, dan rekan untuk PKC dan sistem sosialis dengan karakteristik China," tulis Song di Qiushi, jurnal teoretis otoritatif partai, pada 2021. [Buletindewata/CNBC]