Seseorang dapat dikatakan mengenal remaja dan pola pikirnya jika ia mengerti dan mengikuti pola aktivitas remaja dalam kurang lebih satu bulan lamanya. Memang durasi untuk mengenal seorang remaja itu bukanlah angka yang valid, melainkan opini dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman akan remaja yang masih labil akibat hasrat ingin tahu terhadap segala sesuatu lebih dalam. Kemudian memutuskannya di akhir, benar-benar membutuhkan proses yang detail dan penuh pemetaan. Remaja dan pola pikirnya tidak dapat diketahui dan diprediksi melalui pertemuan sekali dua kali dalam kelas maupun klub kegemaran, tetapi harus melalui pendekatan dan jaminan rasa nyaman.
Seseorang yang ingin mendekati dan menjangkau remaja, hendaknya berpikir untuk memposisikan dirinya dalam riuh dan atmosfer remaja. Bukan sok berkuasa atau merasa selalu benar, remaja hanya ingin keluhnya didengar, opininya ditanggapi, rasa-nya divalidasi, bahkan mimpinya didukung dan dimotivasi.
Para dewasa tidak boleh serta-merta mengobservasi pola pikir remaja secara singkat dalam suatu survei ataupun tanya jawab berhadiah saja, tetapi juga harus melalui suatu pembiasaan. Pembiasaan di mana seorang remaja akan nyaman melakukan ragam aktivitas, sehingga mudah untuk diajak berkomunikasi.
Melalui media sosial misalnya. Mayoritas media sosial menawarkan kenyamanan pada seseorang untuk mengunggah media ataupun sekadar mengeluhkan hari-harinya. Bahkan, terdapat media sosial yang tidak mewajibkan penggunanya untuk mendaftarkan identitas aslinya dalam proses pembuatan akun serta tampilan yang beredar di halaman utama media sosial tersebut.
Memang salah satu strategi marketing yang ajib sehingga memiliki pangsa pasar yang luas. Maka, tak jarak remaja memanfaatkan kesempatan ini untuk berselancar di media sosial.
Dalam sudut pandang realita, ternyata remaja tidak hanya berselancar di media sosial untuk mendapatkan informasi terkini ataupun unggahan terpopuler agar tidak tertinggal lini masa, tetapi juga ikut serta memiliki akun tanpa nama—seringkali beridentitas orang lain, dalam hal ini tokoh dua dimensi maupun idola favorit—untuk menceritakan hari-harinya.
Sumber: kumparan.com